Tokoh-Tokoh Ilmu Komunikasi
Minggu, 30 Oktober 2016 by Sri Yuniarti Gojali in Label: , , , ,

TOKOH-TOKOH ILMU KOMUNIKASI PART II



1.    Wilbur Lang Schramm





Wilbur Schramm mempunyai nama lengkap Wilbur Lang Schramm, seorang pakar komunikasi berparadigma positivistik dari Amerika Serikat. Beliau lahir di Marietta, yakni sebuah kota yang terletak di batas selatan Ohio, yang diberi nama oleh penjajah Perancis pada tanggal 5 Agustus 1907dan meninggal di Honolulu, Hawaii pada tanggal 27 Desember 1987. Leluhur Schramm berasal dari Schrammsburg, Jerman, dan nama Jerman yang didapat Schramm dikarenakan kesulitan keluarganya selama Perang Dunia I, sewaktu Schramm masih anak-anak. Ayahnya adalah seorang pengacara di Marietta, yang membuka praktek legal yang menyedihkan. 

Meraih gelar A.B. dari Universitas Marietta (1928), A.M. dari Universitas Harvard (1930) dan Ph.D. dari Universitas Iowa (1932). Schramm mengajar Bahasa Inggris di Iowa (1935-1943), selain itu juga mendasari berdirinya American Prefaces sekaligus sebagai editornya. Menjadi pimpinan the Iowa Writer’s Workshop, bekerja di firm Harcourt Brace dan membantu di federal war information agencies. Beliau memimpin School of Journalism di Iowa (1943-1947). Kemudian menjadi pimpinan program kajian komunikasi massa di Universitas Illinois, Universitas Stanford dan the East-West Center, Universitas Hawaii. Beliau merupakan seorang penulis produktif dan editor di American literature dan Mass Communication.


Wilbur Schramm membuat serangkai model komunikasi, dimulai dengan model komunikasi manusia yang sederhana (1954), lalu model yang lebih rumit yang memperhitungkan pengalaman dua individu yang mencoba berkomunikasi, hingga ke model komunikasi, yang dianggap interaksi dua individu. Model pertama mirip dengan model Shannon dan Weaver. Dalam modelnya yang kedua Schramm memperkenalkan gagasan bahwa kesamaan dalam bidang pengalaman sumber dan sasaran-lah yang sebenarnya dikomunikasikan, karena bagian sinyal itulah yang dianut sama oleh sumber dan sasaran. Model ketiga Schramm menganggap komunikasi sebagai interaksi dengan kedua pihak yang menafsirkan, menyandi-balik, mentransmisikan, dan menerima sinyal. Di sini kita melihat umpan balik dan lingkaran yang berkelanjutan untuk bebagi informasi.


Menurut Wilbur Schramm, komunikasi senantiasa membutuhkan 3 unsur:

        Sumber (source)
Seorang individu (berbicara, menulis, menggambar, memberi isyarat) atau organisasi seperti (surat kabar, penerbit, stasiun televisi, atau studio film).

        Pesan (message)
Dapat berbentuk tinta pada kertas, gelombang suara di udara, impuls dalam arus listrik, lambaian tangan, bendera di udara, atau setiap tanda yang dapat ditafsirkan.

        Sasaran (destination)
Seorang individu yang mendengarkan, menonton atau membaca; atau anggota suatu kelompok, seperti diskusi, khalayak pendengar ceramah, kumpulanpenonton sepakbola, atau anggota khalayak media masaa.







Schramm berpendapat, meskipun dalam komunikasi lewat radio atau telepon enkoder dapat berupa mikrofon dan dekoder adalah earphone, dalam komunikasi manusia, sumber dan enkoder adalah satu orang, sedangkan dekoder dan sasaran adalah seorang lainnya, dan sinyalnya adalah bahasa. Untuk menuntaskan suatu tindakan komunikasi (communication act), suatu pesan harus disandi-balik.

Sumber dapat menyandi dan sasaran dapat menyandi-balik pesan, berdasarkan pengalaman yang dimilikinya masing-masing. Bila kedua lingkaran memiliki wilayah bersama yang besar, maka komunikasi mudah dilakukan. Semakin besar wilayah tersebut, semakin miriplah bidang pengalaman (field of experience) yang dimiliki kedua pihak yang berkomunikasi.

Bila kedua lingkaran itu tidak bertemu-artinya bila tidak ada pengalaman bersama-maka komunikasi tidak mungkin berlangsung. Bila wilayah yang berimpit itu kecil-artinya bila pengalaman sumber dan pengalaman sasaran sangat jauh berbeda-maka sangat sulit untuk menyampaikan makna dari seseorang kepada orang lainnya.

Menurut Schramm, seperti ditunjukan model kegiatannya, jelas bahwa setiap orang dalam proses komunikasi adalah sekaligus sebagai enkoder dan dekoder. Kita secara konstan menyandi – balik tanda-tanda dari lingkungan kita,menafsirkan tanda-tanda tersebut, menyandi sesuatu sebagai hasilnya. Tegasnya,anda menerima dan juga menyampaikan pesan. Makna yang anda hasilkan dari penyandian – balik (penafsiran) yang anda lakukan akan membuat anda menyandi. Misalnya begitu anda mendengar teriakan “Api”, anda mungkin akan segera berteriak “tolong!” apa yang akan anda sandi bergantung pada pilihan anda atas berbagai respons yang tersedia dalam situasi tersebut dan berhubungan dengan makna tadi.

Proses kembali dalam model diatas disebut umpan balik (feedback), yang memainkan peran sangat penting dalam komunikasi, karena hal itu memberitahu kita bagaimana pesan kita ditafsirkan,baik dalam bentuk kata-kata sebagai jawaban, anggukan kepala,gelengan kepala,kening berkerut,menguap,wajah yang melengos, dan sebagainya. Begitu juga surat pembaca kepada redaksi sebagai protes atas editorial yang ditulis surat kabar tersebut, ataupun tepuk tangan khalayak yang mendengarkan ceramah. Namun menurut Schramm, umpan balik juga dapat berasal dari pesan kita sendiri, misalnya kesalahan ucapan atau kesalahan tulisan yang kemudian kita perbaiki.

2.    Marshall McLuhan




Marshall McLuhan, adalah seorang profesor asal Kanada, filsuf, dan intelektual publik. Ia lahir pada 21 Juli 1911 di Edmonton, Kanada  dan meninggal pada tanggal 31 Desember 1980 di Toronto, Kanada. Karyanya dipandang sebagai salah satu pilar dari mempelajari teori media, serta memiliki aplikasi praktis dalam industri iklan dan televisi. Ia dididik di Universitas Manitoba dan Universitas Cambridge dan memulai karir mengajar sebagai Profesor bahasa Inggris di beberapa universitas di AS dan Kanada, sebelum pindah ke University of Toronto di mana ia menetap selama sisa hidupnya.

Selain itu Marshall McLuhan atau Herbert Marshall McLuhan adalah seorang ilmuwan komunikasi dan kritikus. Ia populer karena konsepnya tentang desa global (global village), teori medium adalah pesan (medium is the message) dan prediksinya tentang World Wide Web, 30 tahun sebelum hal tersebut ditemukan. Beberapa pemikiran Marshall McLuhan adalah:

A. Desa global: McLuhan menggunakan istilah ini dalam bukunya yang berjudul The Guttenberg Galaxy: The Making of Typographic Man pada tahun 1962 dan dalam buku Understanding Media: The Extensions of Man pada tahun 1964. Istilah ini ia gunakan untuk menggambrakan bagaimana teknologi komunikasi elektronik mengecilkan bumi menjadi sebuah desa melalui informasi yang instan dan tersedia di mana saja serta kapan saja. Saat ini orang mengacu pada sebuah desa global ketika mereka menggambarkan efek dari World Wide Web.

B. Medium adalah pesan: McLuhan menyatakan bahwa media tidak hanya mempengaruhi masyarakat dari konten yang disampaikan melalui media, tetapi juga oleh karakteristik media itu sendiri.

C. Media panas dan media dingin (hot and cool media): Media panas membutuhkan keterlibatan konsumen yang tinggi. Surat kabar, majalah, buku, video games dan internet termasuk dalam media panas karena khalayak bersifat lebih aktif. Sementara itu, dalam media dingin keterlibatan konsumen rendah. Radio, televisi dan film merupakan contoh dari media dingin karena khalayak bersifat pasif.

3.    Melvin Lawrence DeFleur




Melvin Lawrence DeFleur (lahir April 27, 1923 di Portland, Oregon) adalah seorang profesor dan sarjana di bidang komunikasi. Bidang ilmu yang pertama kali ia pelajari adalah ilmu sosial. DeFleur menerima gelar Ph.D. dalam psikologi sosial dari Universitas Washington pada tahun 1954. Tesisnya yaitu tentang eksperimental hubungan stimulus respon dalam komunikasi leaflet, mencakup sosiologi, psikologi, dan komunikasi, untuk mempelajari bagaimana informasi disebarkan melalui masyarakat Amerika.

Dia telah mengajar di Indiana University (1954-1963), University of Kentucky (1963-1967), Washington State University (1967-1976), University of New Mexico (1976-1980), University of Miami (1981-1985 ), Syracuse University (1987-1994) dan University of Washington sebelum mengambil posisi saat ini sebagai profesor komunikasi di Boston University Departemen komunikasi Massa, Periklanan dan Hubungan Masyarakat. Selain itu, ia adalah seorang Profesor Fulbright untuk Argentina dua kali dan bergabung dengan Argentina Sociological Society dan Ibero-Interamerican sosiologis Society dan menjabat sebagai Sekretaris Jenderal.           

Salah satu teori dalam bidang ilmu komunikasi yang ia buat adalah model teori komunikasi De Fleur. Teori ini menggambarkan teori komunikasi antar pribadi yang merupakan perluasan dari model-model Shannon dan Weaver, dengan cara memasukan perangkat media massa dan perangkat umpan balik. Sumber (source), pemancar (transmitter), penerima (receiver) dan sasaran (destination) sebagai fase-fase terpisah dalam proses komunikasi massa.



Dalam teori ini terdapat elemen yang bernama feedback, yaitu dimana  penerima dapat memberikan feedback kepada pemancar. Dapat kita ambil contoh yaitu dari tayangan berita "Top Nine News" di Metro TV, dimana penerima dapat memilih berita yang diinginkan lalu memberikan feedback tentang berita tersebut.
Karya-karya Melvin Lawrence DeFleur yaitu:

  • ·       Dennis, E. E. & DeFleur, M. L. (2010). Understanding Media in the Digital Age. Allyn and Bacon.

  •             DeFleur, M. L. (1983). Social Problems in American Society. Prentice Hall.

  •            DeFleur, M. L. (1987). The growth and decline of research on the diffusion of the news: 1945-1985. Communication Research, 14(1),109-130.

  •             DeFleur, M. L. (1988). Diffusing information. Society, 2, 72-81.

  •         DeFleur, M. L. & Ball-Rokeach, S. (1989). Theories of mass communication (5th ed.). White Plains, NY: Longman.

  •         DeFleur, M. L. & Cronin, M. M. (1991). Completeness and accuracy of recall in the diffusion of the news from a newspaper vs a television source. Sociological Inquiry, 61(2), 148-166.

  •        DeFleur, M. L. & Dennis, E. (1998). Understanding mass communication. (6th ed.). Boston: Houghton Mifflin.

  •          DeFleur, M. L. et al. (1992). Audience recall of news stories presented by newspaper, computer, television and radio. Journalism Quarterly, 69: 1010-1022.

  •      DeFleur, M. L., Kearney, P. & Plax, T. G. (1993). Mastering communication in contemporary America: Theory, research, and practice. Mountain View, CA: Mayfield Publishing Company.

  •     DeFleur, M. L., Kearney, P. & Plax, T. G. (1997). Fundamentals of Human Communication. (2nd ed.). Mountain View, CA: Mayfield Publishing.

  •         DeFleur, M. L. & Larsen, O. N. (1987). The flow of communication. (2nd ed.). New Brunswick, NJ: Transaction, Inc. (Original work published 1958).

  •         DeFleur, M. L. & Plax, T. G. (1980). Human Communication as a Bio-Social Process. Paper presented to the International Communication Association, Acapulco, Mexico.

  •        DeFleur, M. L. & Westie, F. (December 1958) Verbal attitudes and overt acts: An experiment on the salience of attitudes. American Sociological Review, 12 (6).

  •       Faccoro, L. B. & DeFleur, M. L. (1993). A cross-cultural experiment on how well audiences remember news stories from newspaper, computer, television, and radio sources. Journalism Quarterly, 70, 585-601.

  •         Hawkins, R. P. et al. Advancing communication science- Merging mass and interpersonal processes. Sociological Inquiry, 60, 434-437.

  •          Hubbard, J. C., DeFleur, M. L. & DeFleur, L. B. (1975). Mass media influences on public conceptions of social problems. Social Problems, 23(1), 22-34.

  •        Lowery, S. A. & DeFleur, M. L. (1995). Milestones in mass communication research: Media effects. (3rd edition). White Plains, NY: Longman.

  •         Wolfe, J. C., DeFleur, M. L. & Slocum, W. L. (1973). Sex discrimination in hiring practices of graduate sociology departments: Myths and realities. American Sociologist, 8(4), 159-164.


4.    Carl Hovland





Hovland lahir di Chicago,12 Juni 1912.Memasuki universitas Northwestern sampai tingkat master.Ia melanjutkan progam doktor pada Progam Psikologi di Universitas Yale karena tertarik pada Clark Hull,seorang akademisi yang dikenal beraliran behaviorisme yang mengkaji proses pembelajaran manusia.Hovaland beruntung masuk keprogam ini karena progamPsikologi di Yale memiliki lembaga institute of Human Relation yang merupakan sebuah lembaga yang mampu mengangkat keberadaan fakultas psikologi di Yale menjadi penting dan terkenal.

Kepribadian Hovland sangat menarik. Dia seorang pendengar yang baik, pendiam, dan sedikit berbicara, tetapi dengan kemampuan yang luar biasa. Hovland diakui sangat jenius dan produktif. Dia dapat melakukan kegiatan yang kompleks sekaligus, seperti mengedit naskah, berbicara melalui telepon, dan memasang slide. Pendekatan Hovland cenderung eleklik, yakni memakai banyak pendekatan daripada hanya satu perspektif. Ujung karier hovland adalah ketika diketahui dia menderita kanker dan kemudian meninggal.

Carl Hovland sebagaimana Lasswell, merupakan staf pengajar di Yale University yang tergolong universitas elit di Amerika. Hovland cenderung ditempatakan sebagai forerunners bagi kemunculan ilmu komunikasi bersama sama dengan Paul F.Lazarzfeld, Kurt lewin, Norbert Wiener, dan Claude Shannon. Walaupun terjadi banyak perdebatan mengenai hal ini, tetapi yang penting keempat tokoh ini dianggap berjasa lebih berkaitan dengan yang mereka kembangkan dalam kajian komunikasi yang bercorak individu, paradigma efek jangka panjang, kuantitatif, banyak membiayai penelitian dan metodik.

Karir Hovland mengalami perubahan yang tak terduga. Ketika perang dunia ke II meletus, Hovland dipanggil ke Washington untuk bekerja di Departemen Peperangan Amerika Serikat (kini Departemen Pertahanan), ia ditugaskan untuk meneliti film perang terhadap moral perjuangan. Hovland merancang suatu eksperimen dengan film mengenai pelatihan ketentaraan untuk menguji teori kredibilitas sumber (source credibility), penyajian satu sisi lawan dua sisi (one sided versus two sided presentation), himbauan rasa takut, dan efek langsung lawan efek tertunda. Variabel terikat dalam penelitiannya itu adalah persuasi (yakni derajat perubahan sikap prajurit yang dijadikan respondennya). Transisi dari tikus ke manusia sebagai objek eksperimen merubah Hovland dari psikolog eksperimen menjadi psikolog sosial dengan efek pundamental kepada efek komunikasi.

Mengenai teori penyajian satu sisi versus dua sisi Hovland telah memberikan saran yang berharga kepada Angkatan darat Amerika yakni bahwa efek dari penyajian satu sisi versusu dua sisi sesungguhnya berlawanan dengan salah satu doktrin dasar dari propaganda Nazi. Goebbels menyatakan bahwa agar komunikasi persuasif berhasil tidak menyebut-nyebut kontra argumen, tetapi menyatakan berulang-ulang argumen sendiri dengan himbauan emosional. Tetapi Hovland membantar pernyataan Goebbels tersebut, ia mengatakan bahwa untuk kebanyakan orang penyajian dua sisi lebih baik. Misalnya dengan orang-orang yang tidak menyukai suatu titik pandangan, atau orang-orang yang berpendidikan lebih baik.

Hovland dapat memberikan penjelasan kepada Angkatan Darat bahwa untuk kebanyakan prajurit akan lebih efektif jika dikatakan langsung mengenai apa yang dikehendaki ketimbang mengajar mereka secara tersirat. Setelah perang usai Hovland kembali ke Yale dan berhasil membina program Yale dalam bidang komunikasi dan perubahan sikap. Ia merangkum hasil studi di masa perang dalam “Experiments on Mass Communication” pada tahun 1949. Buku-buku lainnya di antaranya “Communication and Persuasion” segera menjadi bahan studi mahasiswa komunikasi. Karya Hovland mempengaruhi penelitian komunikasi dengan fokus perhatian pada efek dengan pengukuran berdasarkan tingkat perubahan sikap. Penelitian persuasi menjadi salah satu penelitian komunikasi yang sangat popiler hingga sekarang.

5.    Jurgen Hebermas

 


Jurgen Habermas adalah seorang filsuf dan sosiolog dari Jerman. Ia adalah generasi kedua dari Mazhab Frankfurt. Jurgen Habermas adalah penerus dari Teori Kritis yang ditawarkan oleh para pendahulunya (Max Horkheimer, Theodor Adorno, dan Herbert Marcuse). Teori Kritis yang dipaparkan oleh para pendahulunya berakhir dengan kepesimisan atau kebuntuan. Akan tetapi, Teori Kritis tidak berhenti begitu saja, Jurgen Habermas telah membangkitkan kembali teori itu dengan paradigma baru.

Jurgen Habermas dilahirkan pada tanggal 18 Juni 1929 di kota Dusseldorf, Jerman. Dia dibesarkan di kota Gummersbach, kota kecil dekat dengan Dusseldorf. Ketika ia memasuki masa remaja di akhir Perang Dunia II, ia baru menyadari bersama bangsanya akan kejahatan rezim nasional-sosialis di bawah kepemimpinan Adolf Hitler. Mungkin hal ini yang mendorong pemikiran Habermas tentang pentingnya demokrasi di negaranya.
Kemudian ia melanjutkan studinya di Universitas Gottingen, ia mempelajari kesusastraan, sejarah, dan filsafat (Nicolai Hartmann) serta mengikuti kuliah psikologi dan ekonomi. Setelah itu, ia meneruskan studi filsafat di Universitas Bonn yang mana pada tahun 1954 ia meraih gelar “doktor filsafat” dengan sebuah disertasi berjudul Das Absolute und die Geshichte (Yang Absolut dan Sejarah) merupakan studi tentang pemikiran Schelling. Berbarengan dengan itu juga, ia mulai lebih aktif dalam diskusi-diskusi politik. Hal ini juga yang mendorong Habermas untuk masuk ke partai National Socialist Germany. Teori-teori yang dikemukakan oleh Jurgen Habermas diantaranya yaitu:

A.        Teori Kritis

Menurut Jurgen Habermas, teori kritis bukanlah teori ilmiah, yang biasa dikenal dikalangan publik akademis dalam masyarakat kita. Jurgen Habermas menggambarkan Teori kritis sebagai suatu metodologi yang berdiri di dalam ketegangan dialektis antara filsafat dan ilmu pengetahuan (sosiologi). Teori Kritis tidak hanya berhenti pada fakta-fakta objektif, yang umumnya dianut oleh aliran positivistik. Teori krtis berusaha menembus realitas sosial sebagai fakta sosiologis, untuk menemukan kondisi yang bersifat trasendental yang melampaui data empiris. Dapat dikatakan, Teori kritis merupakan kritik ideologi. Teori kitis ini dilahirkan oleh Mazhab Frankfurt memiliki maksud membuka seluruh selubung ideologis dan irasionalisme yang telah melenyapkan kebebasan dan kejernihan berpikir manusia modern. Akan tetapi, semua itu konsep Teori Kritis yang ditawarkan oleh para pendahulu Jurgen Habermas (Max Horkheimer, Theodor Adorno, dan Herbert Marcuse) mengalami sebuah kemacetan atau berakhir dengan kepesimisan. Akan tetapi, teori ini tidak berakhir begitu saja, Jurgen Habermas sebagai penerus Mazhab Frankfurt akan membangkitkan kembali teori tersebut dengan sebuah paradigma baru.

B.        Teori Kritis Dengan Paradigma Baru

Jurgen Habermas menambahkan konsep komunikasi di dalam Teori Kritis tersebut. Menurut Jurgen Habermas, komunikasi dapat menyelesaikan kemacetan Teori kritis yang ditawarkan oleh pendahulunya. Jurgen Habermas membedakan antara pekerjaan dan komunikasi (interaksi). Pekerjaan merupakan tindakan instrumental, jadi sebuah tindakan yang bertujuan untuk mencapai sesuatu. Sedangkan komunikasi adalah tindakan saling pengertian. Dalam tradisi Mazhab Frankfurt, teori dan praksis tidak dapat dipisahkan. Praksis dilandasi kesadaran rasional, rasio tidak hanya tampak dalam kegiatan-kegiatan yang berkerja melulu, melainkan interaksi dengan orang lain menggunakan bahasa sehari-hari. Selain itu juga, para pendahulunya memandang rasionalitas sebagai penaklukan, kekuasaan.

Kedua hal itulah yang membuat kemacetan dalam Teori Kritis menurut Jurgen Habermas. Pandangan ini telah membuat sudut pandang masyarakat tentang krtik dengan penaklukan itu sama dan praksis dengan penaklukan itu sama. Jurgen Habermas berpendirian kritik hanya dapat maju dengan rasio komunikatif yang dimengerti sebagai praksis komunikatif atau tindakan komunikatif. Masyarakat komunikatif bukanlah masyarakat yang melakukan kritik melalui revolusi atau kekersan, tetapi melalui argumentasi. Kemudian Habermas membedakan dua macam argumentasi, yaitu: perbincangan atau diskursus dan kritik.






Source:
Wikipedia