Tugas Pengalaman Komunikasi 11
Kamis, 12 Januari 2017 by Sri Yuniarti Gojali in Label: , , ,



Bule Masuk Kelas



Saat kelas tiga semester pertama dulu, sekolahku kedatangan seorang tenaga pengajar asal Amerika Serikat. Orang-orang di sekolah biasa memanggilnya dengan nama Mrs. Inge. Ia adalah perempuan yang sangat tinggi, bahkan aku kira untuk ukuran standar wanita di baratpun dia terhitung tinggi. Bahkan ketika pertama kali Mrs. Inge diajak untuk berkeliling lingkungan sekolah oleh kepala sekolahku saat itu – bu Darmilah – kepala sekolahku itu terlihat seperti anak dari Mrs. Inge yang berjalan di sampingnya.




Suatu hari saat jam pelajaran kosong di kelasku, Mrs. Inge tiba-tiba masuk ke kelas diantar oleh kepala sekolahku. Tentu saja aku dan teman-teman kelasku merasa kaget, karena memang itu adalah kali pertama Mrs. Inge masuk ke kelas kami. Dan lagipula ia hanya mengajar untuk kelas satu saja. 

Sepontan kelas yang tadinya riuh menjadi sunyi, kami memperhatikan apa yang akan Mrs. Inge lakukan di kelas kami. Sambil tersenyum ia lalu menyapa kami “Good morning,” kelas yang tadinya sunyi kembali menjadi riuh, terutama anak laki-laki kelasku yang sangat keras menjawab salam Mrs. Inge. Ia terlihat sedikit terhenyak dengan suasana kelas yang terlihat lebih antusias a.k.a ribut. Yah maklum kelas IPS memang di mana-mana sepertinya seperti itu.

Mrs. Inge lalu memperkenalkan dirinya kepada kami. Ia menceritakan darimana ia berasal, dan apa yang akan ia lakukan di sekolah kami. Selama perkenalan dengan dirinya itu, Mrs. Inge menggunakan bahasa Inggris dengan aksen Amerikanya walaupun sesekali ia menggunakan bahasa Indonesia yang terlihat masih sangat kacau. Tapi aku memakluminya karena itu adalah pertama kalinya ia ke Indonesia, dan sebelumnya pun ia tak pernah belajar bahasa Indonesia.

Teman-teman kelasku benar-benar sangat antusias dengan apa yang Mrs. Inge bicarakan di depan kelas, termasuk aku tentu saja. Bagiku itu adalah pengalaman pertamaku berbicara secara langsung dengan orang bule. Banyak hal yang ia katakan di kelas saat itu, mulai dari wilayah-wilayah di Amerika sana, hingga kehidupan pribadinya. Saat Mrs. Inge mengatakan bahwa ia sudah berumur lima puluhan kami tersentak kaget. Mrs. Inge benar-benar tidak terlihat seperti wanita usia lima puluhan. Menurutku ia terlihat seperti baru memasuki usia empat puluh, benar-benar terlihat fit dan masih cantik – walaupun ada beberapa kerutan di wajahnya.

Mrs. Inge bercerita bahwa ia memiliki dua orang anak yang sudah menikah semua. Mereka tinggal terpisah dengan ia dan suaminya. Satu anaknya ada yang tinggal di Hawaii, dan satu lagi tinggal di Chicago. Dan usia anak tertuanya sudah tiga puluh tahun waktu itu, tidak heran memang karena usia Mrs, Inge yang juga telah berkepala lima.




Banyak pertanyaan yang Mrs. Inge ajukan kepada kami mulai dari menanyakan nama, hobi kami, mimpi kami, hingga menanyakan apa yang kami ketahui tentang tempat ia berasal – AS. Lucunya saat menjawab pertanyaan dari Mrs. Inge, banyak teman-temanku (terutama laki-laki) yang tidak mengerti dengan pertanyaan yang diajukan Mrs. Inge hanya menjawab dengan yes, no, i don’t know, dan ok saja. Bahkan ada yang menggunakan bahasa isarat (yang malah membuat kami makin bingung), hahaha. Yeah yeah they are my friends, always hilarious with their silly act. 

Setelah beberapa lama kami berbincang, akhirnya karena jam pelajaran telah berganti, Mrs. Inge pun pamit untuk mengajar di kelas yang lain. Setelah beberapa saat Mrs. Inge keluar dari kelas kami, salah satu temanku ada yang berbicara, “Eh, tadi ngerti teu si ibu ngomong naon? Da urang mah henteu siah,” tentu saja mendengar kata-kata temanku itu, kami semua tertawa terbahak-bahak.

Posting Komentar