TOKOH-TOKOH ILMU KOMUNIKASI PART II
1.
Wilbur Lang Schramm
Wilbur Schramm mempunyai nama lengkap Wilbur Lang
Schramm, seorang pakar komunikasi berparadigma positivistik dari Amerika
Serikat. Beliau lahir di Marietta, yakni sebuah kota yang terletak di batas
selatan Ohio, yang diberi nama oleh penjajah Perancis pada tanggal 5 Agustus
1907dan meninggal di Honolulu, Hawaii pada tanggal 27 Desember 1987. Leluhur Schramm
berasal dari Schrammsburg, Jerman, dan nama Jerman yang didapat Schramm
dikarenakan kesulitan keluarganya selama Perang Dunia I, sewaktu Schramm masih
anak-anak. Ayahnya adalah seorang pengacara di Marietta, yang membuka praktek
legal yang menyedihkan.
Meraih gelar A.B. dari Universitas Marietta (1928), A.M. dari Universitas
Harvard (1930) dan Ph.D. dari Universitas Iowa (1932). Schramm mengajar Bahasa
Inggris di Iowa (1935-1943), selain itu juga mendasari berdirinya American
Prefaces sekaligus sebagai editornya. Menjadi pimpinan the Iowa Writer’s
Workshop, bekerja di firm Harcourt Brace dan membantu di federal war
information agencies. Beliau memimpin School of Journalism di Iowa (1943-1947).
Kemudian menjadi pimpinan program kajian komunikasi massa di Universitas
Illinois, Universitas Stanford dan the East-West Center, Universitas Hawaii.
Beliau merupakan seorang penulis produktif dan editor di American literature
dan Mass Communication.
Wilbur Schramm membuat serangkai model komunikasi,
dimulai dengan model komunikasi manusia yang sederhana (1954), lalu model yang
lebih rumit yang memperhitungkan pengalaman dua individu yang mencoba
berkomunikasi, hingga ke model komunikasi, yang dianggap interaksi dua
individu. Model pertama mirip dengan model Shannon dan Weaver. Dalam modelnya
yang kedua Schramm memperkenalkan gagasan bahwa kesamaan dalam bidang
pengalaman sumber dan sasaran-lah yang sebenarnya dikomunikasikan, karena
bagian sinyal itulah yang dianut sama oleh sumber dan sasaran. Model ketiga
Schramm menganggap komunikasi sebagai interaksi dengan kedua pihak yang
menafsirkan, menyandi-balik, mentransmisikan, dan menerima sinyal. Di sini kita
melihat umpan balik dan lingkaran yang berkelanjutan untuk bebagi informasi.
Menurut Wilbur Schramm, komunikasi senantiasa
membutuhkan 3 unsur:
•
Sumber
(source)
Seorang
individu (berbicara, menulis, menggambar, memberi isyarat) atau organisasi
seperti (surat kabar, penerbit, stasiun televisi, atau studio film).
•
Pesan
(message)
Dapat berbentuk tinta pada kertas, gelombang suara di
udara, impuls dalam arus listrik, lambaian tangan, bendera di udara, atau
setiap tanda yang dapat ditafsirkan.
•
Sasaran
(destination)
Seorang individu yang mendengarkan, menonton atau membaca; atau anggota suatu kelompok, seperti diskusi, khalayak pendengar ceramah, kumpulanpenonton sepakbola, atau anggota khalayak media masaa.
Seorang individu yang mendengarkan, menonton atau membaca; atau anggota suatu kelompok, seperti diskusi, khalayak pendengar ceramah, kumpulanpenonton sepakbola, atau anggota khalayak media masaa.
Schramm berpendapat, meskipun dalam komunikasi lewat
radio atau telepon enkoder dapat berupa mikrofon dan dekoder adalah earphone,
dalam komunikasi manusia, sumber dan enkoder adalah satu orang, sedangkan
dekoder dan sasaran adalah seorang lainnya, dan sinyalnya adalah bahasa. Untuk
menuntaskan suatu tindakan komunikasi (communication act), suatu pesan harus
disandi-balik.
Sumber dapat menyandi dan sasaran dapat menyandi-balik
pesan, berdasarkan pengalaman yang dimilikinya masing-masing. Bila kedua
lingkaran memiliki wilayah bersama yang besar, maka komunikasi mudah dilakukan.
Semakin besar wilayah tersebut, semakin miriplah bidang pengalaman (field of
experience) yang dimiliki kedua pihak yang berkomunikasi.
Bila kedua lingkaran itu tidak bertemu-artinya bila
tidak ada pengalaman bersama-maka komunikasi tidak mungkin berlangsung. Bila
wilayah yang berimpit itu kecil-artinya bila pengalaman sumber dan pengalaman
sasaran sangat jauh berbeda-maka sangat sulit untuk menyampaikan makna dari
seseorang kepada orang lainnya.
Menurut Schramm, seperti ditunjukan model
kegiatannya, jelas bahwa setiap orang dalam proses komunikasi adalah sekaligus
sebagai enkoder dan dekoder. Kita secara konstan menyandi – balik tanda-tanda
dari lingkungan kita,menafsirkan tanda-tanda tersebut, menyandi sesuatu sebagai
hasilnya. Tegasnya,anda menerima dan juga menyampaikan pesan. Makna yang anda
hasilkan dari penyandian – balik (penafsiran) yang anda lakukan akan membuat
anda menyandi. Misalnya begitu anda mendengar teriakan “Api”, anda mungkin akan
segera berteriak “tolong!” apa yang akan anda sandi bergantung pada pilihan
anda atas berbagai respons yang tersedia dalam situasi tersebut dan berhubungan
dengan makna tadi.
Proses kembali dalam model diatas disebut umpan balik
(feedback), yang memainkan peran sangat penting dalam komunikasi, karena hal
itu memberitahu kita bagaimana pesan kita ditafsirkan,baik dalam bentuk
kata-kata sebagai jawaban, anggukan kepala,gelengan kepala,kening
berkerut,menguap,wajah yang melengos, dan sebagainya. Begitu juga surat pembaca
kepada redaksi sebagai protes atas editorial yang ditulis surat kabar tersebut,
ataupun tepuk tangan khalayak yang mendengarkan ceramah. Namun menurut Schramm,
umpan balik juga dapat berasal dari pesan kita sendiri, misalnya kesalahan ucapan
atau kesalahan tulisan yang kemudian kita perbaiki.
2.
Marshall McLuhan
Marshall
McLuhan, adalah seorang profesor asal Kanada, filsuf, dan intelektual publik.
Ia lahir pada 21 Juli 1911 di Edmonton,
Kanada dan meninggal
pada tanggal 31 Desember 1980 di Toronto,
Kanada. Karyanya dipandang sebagai salah satu pilar
dari mempelajari teori media, serta memiliki aplikasi praktis dalam industri
iklan dan televisi. Ia dididik di Universitas Manitoba dan Universitas
Cambridge dan memulai karir mengajar sebagai Profesor bahasa Inggris di
beberapa universitas di AS dan Kanada, sebelum pindah ke University of Toronto
di mana ia menetap selama sisa hidupnya.
Selain
itu Marshall McLuhan atau
Herbert Marshall McLuhan adalah seorang ilmuwan komunikasi
dan kritikus. Ia populer karena
konsepnya tentang desa global (global village), teori medium adalah
pesan (medium is the message) dan prediksinya tentang World Wide Web,
30 tahun sebelum hal tersebut ditemukan. Beberapa pemikiran Marshall McLuhan
adalah:
A. Desa global: McLuhan menggunakan istilah ini dalam bukunya yang berjudul The Guttenberg Galaxy: The Making of Typographic Man pada tahun 1962 dan dalam buku Understanding Media: The Extensions of Man pada tahun 1964. Istilah ini ia gunakan untuk menggambrakan bagaimana teknologi komunikasi elektronik mengecilkan bumi menjadi sebuah desa melalui informasi yang instan dan tersedia di mana saja serta kapan saja. Saat ini orang mengacu pada sebuah desa global ketika mereka menggambarkan efek dari World Wide Web.
B. Medium adalah pesan: McLuhan menyatakan bahwa media tidak hanya mempengaruhi masyarakat dari konten yang disampaikan melalui media, tetapi juga oleh karakteristik media itu sendiri.
C. Media panas dan media dingin (hot and cool media): Media panas membutuhkan keterlibatan konsumen yang tinggi. Surat kabar, majalah, buku, video games dan internet termasuk dalam media panas karena khalayak bersifat lebih aktif. Sementara itu, dalam media dingin keterlibatan konsumen rendah. Radio, televisi dan film merupakan contoh dari media dingin karena khalayak bersifat pasif.
3.
Melvin Lawrence DeFleur
Melvin
Lawrence DeFleur (lahir April 27, 1923 di Portland, Oregon) adalah seorang
profesor dan sarjana di bidang komunikasi. Bidang ilmu yang pertama kali ia
pelajari adalah ilmu sosial. DeFleur menerima gelar Ph.D. dalam psikologi
sosial dari Universitas Washington pada tahun 1954. Tesisnya yaitu tentang
eksperimental hubungan stimulus respon dalam komunikasi leaflet, mencakup
sosiologi, psikologi, dan komunikasi, untuk mempelajari bagaimana informasi
disebarkan melalui masyarakat Amerika.
Dia
telah mengajar di Indiana University (1954-1963), University of Kentucky
(1963-1967), Washington State University (1967-1976), University of New Mexico
(1976-1980), University of Miami (1981-1985 ), Syracuse University (1987-1994)
dan University of Washington sebelum mengambil posisi saat ini sebagai profesor
komunikasi di Boston University Departemen komunikasi Massa, Periklanan dan
Hubungan Masyarakat. Selain itu, ia adalah seorang Profesor Fulbright untuk
Argentina dua kali dan bergabung dengan Argentina Sociological Society dan
Ibero-Interamerican sosiologis Society dan menjabat sebagai Sekretaris
Jenderal.
Salah satu teori dalam bidang ilmu komunikasi yang ia buat adalah model
teori komunikasi De Fleur. Teori ini menggambarkan teori komunikasi antar
pribadi yang merupakan perluasan dari model-model Shannon dan Weaver, dengan
cara memasukan perangkat media massa dan perangkat umpan balik. Sumber (source), pemancar (transmitter), penerima (receiver)
dan sasaran (destination) sebagai
fase-fase terpisah dalam proses komunikasi massa.
Dalam teori ini terdapat elemen yang bernama feedback, yaitu dimana
penerima dapat memberikan feedback kepada pemancar. Dapat kita ambil contoh
yaitu dari tayangan berita "Top Nine News" di Metro TV, dimana
penerima dapat memilih berita yang diinginkan lalu memberikan feedback tentang
berita tersebut.
Karya-karya
Melvin Lawrence DeFleur yaitu:
- · Dennis, E. E. & DeFleur, M. L. (2010). Understanding Media in the Digital Age. Allyn and Bacon.
- DeFleur, M. L. (1983). Social Problems in American Society. Prentice Hall.
- DeFleur, M. L. (1987). The growth and decline of research on the diffusion of the news: 1945-1985. Communication Research, 14(1),109-130.
- DeFleur, M. L. (1988). Diffusing information. Society, 2, 72-81.
- DeFleur, M. L. & Ball-Rokeach, S. (1989). Theories of mass communication (5th ed.). White Plains, NY: Longman.
- DeFleur, M. L. & Cronin, M. M. (1991). Completeness and accuracy of recall in the diffusion of the news from a newspaper vs a television source. Sociological Inquiry, 61(2), 148-166.
- DeFleur, M. L. & Dennis, E. (1998). Understanding mass communication. (6th ed.). Boston: Houghton Mifflin.
- DeFleur, M. L. et al. (1992). Audience recall of news stories presented by newspaper, computer, television and radio. Journalism Quarterly, 69: 1010-1022.
- DeFleur, M. L., Kearney, P. & Plax, T. G. (1993). Mastering communication in contemporary America: Theory, research, and practice. Mountain View, CA: Mayfield Publishing Company.
- DeFleur, M. L., Kearney, P. & Plax, T. G. (1997). Fundamentals of Human Communication. (2nd ed.). Mountain View, CA: Mayfield Publishing.
- DeFleur, M. L. & Larsen, O. N. (1987). The flow of communication. (2nd ed.). New Brunswick, NJ: Transaction, Inc. (Original work published 1958).
- DeFleur, M. L. & Plax, T. G. (1980). Human Communication as a Bio-Social Process. Paper presented to the International Communication Association, Acapulco, Mexico.
- DeFleur, M. L. & Westie, F. (December 1958) Verbal attitudes and overt acts: An experiment on the salience of attitudes. American Sociological Review, 12 (6).
- Faccoro, L. B. & DeFleur, M. L. (1993). A cross-cultural experiment on how well audiences remember news stories from newspaper, computer, television, and radio sources. Journalism Quarterly, 70, 585-601.
- Hawkins, R. P. et al. Advancing communication science- Merging mass and interpersonal processes. Sociological Inquiry, 60, 434-437.
- Hubbard, J. C., DeFleur, M. L. & DeFleur, L. B. (1975). Mass media influences on public conceptions of social problems. Social Problems, 23(1), 22-34.
- Lowery, S. A. & DeFleur, M. L. (1995). Milestones in mass communication research: Media effects. (3rd edition). White Plains, NY: Longman.
- Wolfe, J. C., DeFleur, M. L. & Slocum, W. L. (1973). Sex discrimination in hiring practices of graduate sociology departments: Myths and realities. American Sociologist, 8(4), 159-164.
4.
Carl Hovland
Hovland lahir
di Chicago,12 Juni 1912.Memasuki universitas Northwestern sampai tingkat master.Ia melanjutkan progam doktor pada Progam
Psikologi di Universitas Yale karena tertarik pada Clark Hull,seorang akademisi
yang dikenal beraliran behaviorisme yang mengkaji proses pembelajaran
manusia.Hovaland beruntung masuk keprogam ini karena progamPsikologi di Yale
memiliki lembaga institute of Human Relation yang merupakan sebuah lembaga yang
mampu mengangkat keberadaan fakultas psikologi di Yale menjadi penting dan
terkenal.
Kepribadian
Hovland sangat menarik. Dia seorang
pendengar yang baik, pendiam, dan sedikit berbicara, tetapi dengan kemampuan yang
luar biasa. Hovland diakui sangat jenius dan produktif. Dia
dapat melakukan kegiatan yang kompleks sekaligus, seperti mengedit
naskah, berbicara melalui telepon, dan memasang slide. Pendekatan Hovland
cenderung eleklik, yakni memakai banyak pendekatan daripada hanya satu perspektif. Ujung karier hovland adalah ketika
diketahui dia menderita kanker dan kemudian meninggal.
Carl Hovland
sebagaimana Lasswell, merupakan staf pengajar di Yale University yang tergolong
universitas elit di Amerika. Hovland cenderung ditempatakan sebagai forerunners bagi
kemunculan ilmu komunikasi bersama sama dengan Paul F.Lazarzfeld, Kurt
lewin, Norbert Wiener, dan Claude Shannon. Walaupun terjadi banyak perdebatan
mengenai hal ini, tetapi yang penting keempat tokoh ini dianggap berjasa lebih
berkaitan dengan yang mereka kembangkan dalam kajian komunikasi yang bercorak
individu, paradigma efek jangka panjang, kuantitatif, banyak membiayai
penelitian dan metodik.
Karir Hovland
mengalami perubahan yang tak terduga. Ketika perang dunia ke II meletus,
Hovland dipanggil ke Washington untuk bekerja di Departemen Peperangan Amerika
Serikat (kini Departemen Pertahanan), ia ditugaskan untuk meneliti film perang
terhadap moral perjuangan. Hovland merancang suatu eksperimen dengan film
mengenai pelatihan ketentaraan untuk menguji teori kredibilitas sumber (source
credibility), penyajian satu sisi lawan dua sisi (one sided versus two sided
presentation), himbauan rasa takut, dan efek langsung lawan efek tertunda.
Variabel terikat dalam penelitiannya itu adalah persuasi (yakni derajat perubahan
sikap prajurit yang dijadikan respondennya). Transisi dari tikus ke manusia
sebagai objek eksperimen merubah Hovland dari psikolog eksperimen menjadi
psikolog sosial dengan efek pundamental kepada efek komunikasi.
Mengenai
teori penyajian satu sisi versus dua sisi Hovland telah memberikan saran yang
berharga kepada Angkatan darat Amerika yakni bahwa efek dari penyajian satu
sisi versusu dua sisi sesungguhnya berlawanan dengan salah satu doktrin dasar
dari propaganda Nazi. Goebbels menyatakan bahwa agar komunikasi persuasif
berhasil tidak menyebut-nyebut kontra argumen, tetapi menyatakan berulang-ulang
argumen sendiri dengan himbauan emosional. Tetapi Hovland membantar pernyataan
Goebbels tersebut, ia mengatakan bahwa untuk kebanyakan orang penyajian dua
sisi lebih baik. Misalnya dengan orang-orang yang tidak menyukai suatu titik
pandangan, atau orang-orang yang berpendidikan lebih baik.
Hovland dapat
memberikan penjelasan kepada Angkatan Darat bahwa untuk kebanyakan prajurit
akan lebih efektif jika dikatakan langsung mengenai apa yang dikehendaki
ketimbang mengajar mereka secara tersirat. Setelah perang usai Hovland kembali
ke Yale dan berhasil membina program Yale dalam bidang komunikasi dan perubahan
sikap. Ia merangkum hasil studi di masa perang dalam “Experiments on Mass
Communication” pada tahun 1949. Buku-buku lainnya di antaranya “Communication
and Persuasion” segera menjadi bahan studi mahasiswa komunikasi. Karya Hovland
mempengaruhi penelitian komunikasi dengan fokus perhatian pada efek dengan pengukuran
berdasarkan tingkat perubahan sikap. Penelitian persuasi menjadi salah satu
penelitian komunikasi yang sangat popiler hingga sekarang.
5. Jurgen
Hebermas
Jurgen Habermas adalah seorang filsuf dan sosiolog dari Jerman. Ia adalah generasi kedua dari Mazhab
Frankfurt. Jurgen Habermas adalah penerus dari Teori
Kritis yang ditawarkan oleh para pendahulunya (Max
Horkheimer, Theodor Adorno, dan Herbert
Marcuse). Teori Kritis yang dipaparkan oleh para pendahulunya berakhir
dengan kepesimisan atau kebuntuan. Akan tetapi, Teori Kritis tidak
berhenti begitu saja, Jurgen Habermas telah membangkitkan kembali teori itu
dengan paradigma baru.
Jurgen
Habermas dilahirkan pada tanggal 18 Juni 1929 di kota Dusseldorf,
Jerman. Dia
dibesarkan di kota Gummersbach, kota kecil dekat
dengan Dusseldorf. Ketika ia memasuki masa remaja di akhir Perang
Dunia II, ia baru menyadari bersama bangsanya akan kejahatan rezim nasional-sosialis di
bawah kepemimpinan Adolf Hitler. Mungkin hal ini yang
mendorong pemikiran Habermas tentang pentingnya demokrasi di negaranya.
Kemudian ia
melanjutkan studinya di Universitas Gottingen, ia mempelajari kesusastraan,
sejarah, dan filsafat (Nicolai Hartmann) serta
mengikuti kuliah psikologi dan ekonomi. Setelah
itu, ia meneruskan studi filsafat di Universitas
Bonn yang mana pada tahun 1954 ia meraih gelar “doktor filsafat” dengan sebuah disertasi
berjudul Das Absolute und die Geshichte (Yang Absolut dan Sejarah) merupakan
studi tentang pemikiran Schelling. Berbarengan
dengan itu juga, ia mulai lebih aktif dalam diskusi-diskusi politik. Hal ini
juga yang mendorong Habermas untuk masuk ke partai National Socialist Germany.
Teori-teori yang dikemukakan oleh Jurgen Habermas diantaranya yaitu:
A. Teori Kritis
Menurut
Jurgen Habermas, teori kritis bukanlah teori ilmiah, yang biasa dikenal
dikalangan publik akademis dalam masyarakat kita. Jurgen Habermas menggambarkan
Teori kritis sebagai suatu metodologi yang berdiri di dalam ketegangan
dialektis antara filsafat dan ilmu pengetahuan (sosiologi). Teori
Kritis tidak hanya berhenti pada fakta-fakta objektif, yang umumnya dianut oleh
aliran positivistik. Teori krtis berusaha menembus realitas sosial sebagai
fakta sosiologis, untuk menemukan kondisi yang bersifat trasendental yang
melampaui data empiris. Dapat dikatakan, Teori kritis merupakan
kritik ideologi. Teori kitis ini dilahirkan oleh Mazhab Frankfurt memiliki
maksud membuka seluruh selubung ideologis dan irasionalisme yang telah
melenyapkan kebebasan dan kejernihan berpikir manusia modern. Akan
tetapi, semua itu konsep Teori Kritis yang ditawarkan oleh para pendahulu
Jurgen Habermas (Max Horkheimer, Theodor Adorno, dan Herbert Marcuse) mengalami
sebuah kemacetan atau berakhir dengan kepesimisan. Akan tetapi,
teori ini tidak berakhir begitu saja, Jurgen Habermas sebagai penerus Mazhab
Frankfurt akan membangkitkan kembali teori tersebut dengan sebuah paradigma
baru.
B. Teori Kritis Dengan Paradigma Baru
Jurgen
Habermas menambahkan konsep komunikasi di dalam Teori Kritis tersebut. Menurut
Jurgen Habermas, komunikasi dapat menyelesaikan kemacetan Teori kritis yang
ditawarkan oleh pendahulunya. Jurgen Habermas membedakan antara
pekerjaan dan komunikasi (interaksi). Pekerjaan merupakan tindakan
instrumental, jadi sebuah tindakan yang bertujuan untuk mencapai sesuatu. Sedangkan
komunikasi adalah tindakan saling pengertian. Dalam tradisi Mazhab Frankfurt,
teori dan praksis tidak dapat dipisahkan. Praksis dilandasi kesadaran rasional,
rasio tidak hanya tampak dalam kegiatan-kegiatan yang berkerja melulu,
melainkan interaksi dengan orang lain menggunakan bahasa sehari-hari. Selain
itu juga, para pendahulunya memandang rasionalitas sebagai penaklukan,
kekuasaan.
Kedua hal
itulah yang membuat kemacetan dalam Teori Kritis menurut Jurgen Habermas. Pandangan
ini telah membuat sudut pandang masyarakat tentang krtik dengan penaklukan itu
sama dan praksis dengan penaklukan itu sama. Jurgen Habermas berpendirian
kritik hanya dapat maju dengan rasio komunikatif yang dimengerti sebagai
praksis komunikatif atau tindakan komunikatif. Masyarakat komunikatif bukanlah
masyarakat yang melakukan kritik melalui revolusi atau kekersan, tetapi melalui
argumentasi. Kemudian Habermas membedakan dua macam argumentasi, yaitu:
perbincangan atau diskursus dan kritik.
Source:
Wikipedia