Tugas Pengalaman Komunikasi 13
Kamis, 12 Januari 2017 by Sri Yuniarti Gojali in Label: , , ,



Hari Pertama Les Bahasa Inggris



Sekitar awal bulan November 2014 hingga bulan Januari tahun 2015 lalu, aku pernah mengikuti les bahasa Inggris di salah satu tempat les di kotaku. Karena aku ingin bisa berbicara bahasa  Inggris dengan lebih baik lagi, maka aku memutuskan untuk mengambil program speaking and conversation, waktu itu. Program ini terfokus pada bagaimana kita mengasah bahasa Inggris kita dengan berkomunikasi langsung menggunakan bahasa Inggris. Walaupun teori-teorinya, seperti gramer dan lain-lain diajarkan pula secara tertulis, tapi program ini lebih terfokus pada praktek berbicara menggunakan bahasa Inggris.




Saat hari pertama aku masuk ke kelas, aku masih ingat hanya ada aku dan Ica –  yang menjadi teman pertamaku di tempat les – di kelas waktu itu. Aku bertanya kenapa kelas sangat sepi hari itu, yang ia jawab tak tau, ia juga kebingungan padahal biasanya kelas ramai. Yah mungkin juga karena hari itu tengah hujan, jadi teman-teman lesku yang lain malas untuk datang. Setelah mengobrol dengannya beberapa saat aku baru mengetahui bahwa Ica sudah sebulan mengikuti les ini.

Ketika tengah mengobrol seru dengan Ica, tiba-tiba bapak pengajar lesku masuk ke dalam kelas. Belum sempat aku bersiap-siap untuk memulai sesi les pertama bahasa Inggrisku, tiba-tiba saja aku langsung diberi pertanyaan “Where were you last night?” oleh bapak pengajar lesku. Aku yang merasa kaget hanya bisa mengedipkan mataku, lalu melirik kepada Ica yang berusaha menahan tawanya. Melihat sikapku yang terlihat kaget, bapak langsung beralih menanyai Ica dengan menggunakan bahasa Inggrisnya. Aku memperhatikan Ica yang menjawab beberapa pertanyaan yang diberikan kepadanya. Setelah mengajukan beberapa pertanyaan kepada Ica bapak keluar kelas dan berkata kepada kami berdua untuk menyiapkan pertanyaan untuknya. Aku tengah bingung makin bingung dengan perintah bapak tadi. God! pertanyaan apa?

Karena mendengar suara tertawa Ica, aku menghadapkan wajaku kepadanya dengan wajah bingungku. “Ih naha seuri? Pertanyaan naon?” Ica malah semakin keras tertawa mendenga rucapanku. Setelah meredakan tawanya ia bercerita bahwa dulu juga mengalami rasa bingung yang aku rasakan sekarang. Bapak pengajar lesku memang, selalu langsung bertanya dengan menggunakan bahasa Inggris ketika baru datang ke kelas. Kita harus selalu siap dengan apa saja pertanyaa atau perintah yang ia berikan, dengan begitu kami akan selalu fokus dan lebih cepat mengerti dan ingat apa yang kami pelajari. Mendengar penjelasannya aku akhirnya mulai mengerti akan situasi saat itu.

Setelah bertanya pada Ica apa yang harus aku tanyakan kepada bapak, dan ia menjawab apa saja, aku mulai mencari topik yang akan menjadi tema conversationku. Beberapa menit kemudian setelah aku memikirkan dengan rapi apa yang akan menjadi tema percakapanku dan beberapa pertanyaan yang akan aku tanyakan, bapak datang ke kelas sambil membawa gelas berisi kopi –  yang lalu ia letakan di meja guru. Kali ini aku merasa percaya diri dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Tentu saja dengan konsep yang telah aku rencanakan, aku harus merasa percaya diri.




Melihat aku yang terlihat lebih siap dibandingkan Ica – yang sebelumnya tidak menyiapkan pertanyaan apapun dan hanya memainkan handphonenya – bapak langsung menghampiri kursi tempatku duduk. Dengan rasa percaya diriku yang seratus persen, aku siap memberikan pertanyaan menggunakan bahasa Inggris. Tetapi ketika bapak mendekat dan malah berkata, “What do you think about Bali, and please decribe it,” aku hanya bisa kembali merasa kesal. Lalu untuk apa gunanya aku cape-cape menyiapkan pertanyaan kalo begitu? God, it was very annoying!! Dan Ica yang duduk di sebelahkupun kembali tertawa. Ya ya tertawa sesukamu ca.

Posting Komentar