Hari Pertama Les Bahasa Inggris
Sekitar
awal bulan November 2014 hingga bulan Januari tahun 2015 lalu, aku pernah
mengikuti les bahasa Inggris di salah satu tempat les di kotaku. Karena aku
ingin bisa berbicara bahasa Inggris
dengan lebih baik lagi, maka aku memutuskan untuk mengambil program speaking and conversation, waktu itu.
Program ini terfokus pada bagaimana kita mengasah bahasa Inggris kita dengan
berkomunikasi langsung menggunakan bahasa Inggris. Walaupun teori-teorinya,
seperti gramer dan lain-lain diajarkan pula secara tertulis, tapi program ini
lebih terfokus pada praktek berbicara menggunakan bahasa Inggris.
Saat
hari pertama aku masuk ke kelas, aku masih ingat hanya ada aku dan Ica – yang menjadi teman pertamaku di tempat les –
di kelas waktu itu. Aku bertanya kenapa kelas sangat sepi hari itu, yang ia
jawab tak tau, ia juga kebingungan padahal biasanya kelas ramai. Yah mungkin
juga karena hari itu tengah hujan, jadi teman-teman lesku yang lain malas untuk
datang. Setelah mengobrol dengannya beberapa saat aku baru mengetahui bahwa Ica
sudah sebulan mengikuti les ini.
Ketika
tengah mengobrol seru dengan Ica, tiba-tiba bapak pengajar lesku masuk ke dalam
kelas. Belum sempat aku bersiap-siap untuk memulai sesi les pertama bahasa
Inggrisku, tiba-tiba saja aku langsung diberi pertanyaan “Where were you last night?” oleh bapak pengajar lesku. Aku yang
merasa kaget hanya bisa mengedipkan mataku, lalu melirik kepada Ica yang
berusaha menahan tawanya. Melihat sikapku yang terlihat kaget, bapak langsung
beralih menanyai Ica dengan menggunakan bahasa Inggrisnya. Aku memperhatikan
Ica yang menjawab beberapa pertanyaan yang diberikan kepadanya. Setelah
mengajukan beberapa pertanyaan kepada Ica bapak keluar kelas dan berkata kepada
kami berdua untuk menyiapkan pertanyaan untuknya. Aku tengah bingung makin
bingung dengan perintah bapak tadi. God!
pertanyaan apa?
Karena
mendengar suara tertawa Ica, aku menghadapkan wajaku kepadanya dengan wajah
bingungku. “Ih naha seuri? Pertanyaan
naon?” Ica malah semakin keras tertawa mendenga rucapanku. Setelah meredakan
tawanya ia bercerita bahwa dulu juga mengalami rasa bingung yang aku rasakan
sekarang. Bapak pengajar lesku memang, selalu langsung bertanya dengan
menggunakan bahasa Inggris ketika baru datang ke kelas. Kita harus selalu siap
dengan apa saja pertanyaa atau perintah yang ia berikan, dengan begitu kami
akan selalu fokus dan lebih cepat mengerti dan ingat apa yang kami pelajari.
Mendengar penjelasannya aku akhirnya mulai mengerti akan situasi saat itu.
Setelah
bertanya pada Ica apa yang harus aku tanyakan kepada bapak, dan ia menjawab apa
saja, aku mulai mencari topik yang akan menjadi tema conversationku. Beberapa menit kemudian setelah aku memikirkan
dengan rapi apa yang akan menjadi tema percakapanku dan beberapa pertanyaan
yang akan aku tanyakan, bapak datang ke kelas sambil membawa gelas berisi kopi
– yang lalu ia letakan di meja guru.
Kali ini aku merasa percaya diri dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Tentu saja dengan konsep yang telah aku rencanakan, aku harus merasa percaya
diri.
Melihat
aku yang terlihat lebih siap dibandingkan Ica – yang sebelumnya tidak
menyiapkan pertanyaan apapun dan hanya memainkan handphonenya – bapak langsung
menghampiri kursi tempatku duduk. Dengan rasa percaya diriku yang seratus
persen, aku siap memberikan pertanyaan menggunakan bahasa Inggris. Tetapi
ketika bapak mendekat dan malah berkata, “What
do you think about Bali, and please decribe it,” aku hanya bisa kembali
merasa kesal. Lalu untuk apa gunanya aku cape-cape menyiapkan pertanyaan kalo
begitu? God, it was very annoying!!
Dan Ica yang duduk di sebelahkupun kembali tertawa. Ya ya tertawa sesukamu ca.