Tugas Pengalaman Komunikasi 4
Jumat, 16 Desember 2016 by Sri Yuniarti Gojali in Label: , , ,

Ieu Itu

Ada satu hal lucu yang sering dilakukan oleh papaku, bahkan hal ini sepertinya sudah menjadi ciri khasnya sendiri. Ketika membicarakan sesuatu papahku sering mengucapkan kata  ieu (ini) dan itu (itu), yang kadang membuat orang menjadi tak mengerti apa maksud dari ucapannya. Pokoknya jika berbicara dengan papahku, aku harus memutar otak lebih dulu untuk mengerti maksud dari kata-katanya.

Pernah suatu ketika, saat kakak iparku akan kembali pulang ke Tanggerang untuk bekerja, ia berpamitan kepada papah sambil mencium tangannya dan memeluk papah. Saat tengah memeluk kakakku itulah papah berkata, “Enya nya kade sing ieueun,” kakaku yang padahal juga asli orang Sunda langsung melirik kepada ku yang berada di belakang papah sambil menaikan alisnya dan berbisik “Naon?” (Apa?). Aku hanya bisa mengedikan bahu sambil menahan untuk tidak tertawa, padahal aku tau maksud papahku itu apa. Maksud papahku itu meminta agar kakakku berhati-hati dan bisa selamat sampai tujuannya. Atau mungkin ia meminta agar kakakku menjaga dirinya di sana nanti, atau... eish aku jadi tak yakin maksud dari ucapan papahku waktu itu apa. Ya yang pasti intinya ia mendoakan kebaikan untuk kakakku. Benar kan? Yah terserahlah.


 Setiap aku dan keluargaku mengunjungi rumah kakekku yang tak terlalu jauh jaraknya dengan rumahku – sekitar 20-30 menit berkendara – papah dan kakekku selalu terlibat perbicaraan yang terihat begitu seru. Aku rasa sedikit banyaknya mereka berdua memiliki latar belakang yang sama dan pemikiran yang hampir sama juga. Karena ayahku yang seorang guru PKN dan kakekku yang seorang politikus, tentu saja obrolan mereka tidak akan jauh dengan masalah politik dan hukum, bahkan hal remehpun seperti menonton TV, selalu mereka sangkut pautkan dengan hukum. Yang pastinya obrolsn mereka itu tak akan bisa aku ikuti. Walaupun aku sekarang tengah berkuliah di fakultas ilmu politik dan sosial, tapi aku tak terlalu suka dengan politik. Jadi setiap mereka mencoba untuk mengajaku dalam diskusi mereka aku selalu menghindar. Well no thanks, that’s not for me.

Satu yang lucu dari pembicaraan antara papah dan kakekku, sepanjang obrolan mereka berdua berlangsung, kakekku sering terlihat memainkan jarinya seperti tengah menghitung sesuatu. Walaupun mata kakekku fokus pada papahku yang tengah berbicara, tapi jarinya yang seperti tengah menghitung itu tidak pernah berhenti ia gerakan, selama perbincangan antara keduanya masih berlangsung. Dan ternyata bukan hanya aku saja yang menyadari tingkah kakekku itu, tetapi mamahku juga menyadarinya.


Selidik punya selidik, setelah mamahku bertanya kepada kakek kenapa kakekku bertingkah demikian saat sedang mengobrol dengan papahku, ternyata ia memang tengah menghitung. Ia berkata kepadaku dan mamahku, “Apa mah keur ngitung sabaraha kali si Ade (nama panggilan papahku) nyebutkeun ieu jeung itu,” (“Kakek lagi ngitung berapa kali si Ade menyebutkan kata ieu sama itu,”). Sontak saja jawaban dari kakekku itu membuat aku dan mamahku tertawa terbahak-bahak yang diikuti juga oleh kakekku.

Sebenarnya aku tak yakin papahku tau tentang kebiasaan kakekku yang sering menghitung kata ieu dan itu yang sering ia gunakan. Dan aku tak yakin bagaimana reaksinya apabila ia mengetahuinya, hahaha. Well semoga saja ia tak membaca blogku ini ya, haha.

Posting Komentar