Ieu Itu
Ada satu hal lucu yang sering dilakukan oleh papaku, bahkan hal ini
sepertinya sudah menjadi ciri khasnya sendiri. Ketika membicarakan sesuatu
papahku sering mengucapkan kata ieu (ini) dan itu (itu), yang kadang membuat orang menjadi tak mengerti apa maksud
dari ucapannya. Pokoknya jika berbicara dengan papahku, aku harus memutar otak
lebih dulu untuk mengerti maksud dari kata-katanya.
Pernah suatu ketika, saat kakak iparku akan kembali pulang ke Tanggerang
untuk bekerja, ia berpamitan kepada papah sambil mencium tangannya dan memeluk
papah. Saat tengah memeluk kakakku itulah papah berkata, “Enya nya kade sing ieueun,” kakaku yang padahal juga asli orang
Sunda langsung melirik kepada ku yang berada di belakang papah sambil menaikan
alisnya dan berbisik “Naon?” (Apa?).
Aku hanya bisa mengedikan bahu sambil menahan untuk tidak tertawa, padahal aku
tau maksud papahku itu apa. Maksud papahku itu meminta agar kakakku
berhati-hati dan bisa selamat sampai tujuannya. Atau mungkin ia meminta agar
kakakku menjaga dirinya di sana nanti, atau... eish aku jadi tak yakin maksud
dari ucapan papahku waktu itu apa. Ya yang pasti intinya ia mendoakan kebaikan
untuk kakakku. Benar kan? Yah terserahlah.
Setiap aku dan keluargaku mengunjungi rumah kakekku yang tak terlalu jauh
jaraknya dengan rumahku – sekitar 20-30 menit berkendara – papah dan kakekku
selalu terlibat perbicaraan yang terihat begitu seru. Aku rasa sedikit
banyaknya mereka berdua memiliki latar belakang yang sama dan pemikiran yang
hampir sama juga. Karena ayahku yang seorang guru PKN dan kakekku yang seorang
politikus, tentu saja obrolan mereka tidak akan jauh dengan masalah politik dan
hukum, bahkan hal remehpun seperti menonton TV, selalu mereka sangkut pautkan
dengan hukum. Yang pastinya obrolsn mereka itu tak akan bisa aku ikuti.
Walaupun aku sekarang tengah berkuliah di fakultas ilmu politik dan sosial,
tapi aku tak terlalu suka dengan politik. Jadi setiap mereka mencoba untuk
mengajaku dalam diskusi mereka aku selalu menghindar. Well no thanks, that’s not for me.
Satu yang lucu dari pembicaraan antara papah dan kakekku, sepanjang
obrolan mereka berdua berlangsung, kakekku sering terlihat memainkan jarinya
seperti tengah menghitung sesuatu. Walaupun mata kakekku fokus pada papahku
yang tengah berbicara, tapi jarinya yang seperti tengah menghitung itu tidak
pernah berhenti ia gerakan, selama perbincangan antara keduanya masih
berlangsung. Dan ternyata bukan hanya aku saja yang menyadari tingkah kakekku
itu, tetapi mamahku juga menyadarinya.
Selidik punya selidik, setelah mamahku bertanya kepada kakek kenapa
kakekku bertingkah demikian saat sedang mengobrol dengan papahku, ternyata ia
memang tengah menghitung. Ia berkata kepadaku dan mamahku, “Apa mah keur
ngitung sabaraha kali si Ade (nama panggilan papahku) nyebutkeun ieu jeung
itu,” (“Kakek lagi ngitung berapa kali si Ade menyebutkan kata ieu sama itu,”).
Sontak saja jawaban dari kakekku itu membuat aku dan mamahku tertawa
terbahak-bahak yang diikuti juga oleh kakekku.
Sebenarnya aku tak yakin papahku tau tentang kebiasaan kakekku yang
sering menghitung kata ieu dan itu yang sering ia gunakan. Dan aku tak yakin
bagaimana reaksinya apabila ia mengetahuinya, hahaha. Well semoga saja ia tak
membaca blogku ini ya, haha.