Tugas Pengalaman Komunikasi 12
Kamis, 12 Januari 2017 by Sri Yuniarti Gojali in Label: , , ,



Tersesat



Beberapa hari yang lalu saat aku tengah mengunjungi rumah kakaku yang memang bertetangga dengan rumahku, ada tingkah keponakanku Gibran yang memuat aku ingin tertawa. Sepertinya keponakanku yang satu ini sedang senang berimajinasi dengan hal-hal aneh. Tapi tak ayal tingkahnya itu malah sering membuat yang melihatnya merasa lucu sekaligus kesal.

Ketika itu saat ia tengah memakan seblak yang baru dibelinya ia berkata dengan tiba-tiba kepadaku, “Ateu ade sama bunda tadi tersesat,”. Aku yang tengah makan juga menghentikan acara makanku dan menjawab, “Huh?”. Mendapatkan tanggapan dariku, ia terlihat bersemangat menceritakan kisahnya “Iya ade tuh, pas mau pulang dari warung tersesat, kehilangan jejak. Jadi weh ade sama bunda muter-muter pulangnya,” sambil meneruskan makanku kembali aku bertanya pada Gibran, “Jejak siapa yang ilang?” “Jejak ade lah. Kan tadi tuh pas jalan ke warung ade meninggalkan jejak di tanah pake kaki, tapi pas ade pulang jejaknya gak ada.” Setelah itu ia terus bercerita pengalaman ‘tersesatnya’ dengan penuh semangat sampai-sampai seblak yang tengah ia makan sebelumnya dilupakan.




“Ateu, tau gak? Ade tuh dulu pernah tersesat di hutan,” dengan malas-malasan aku menanggapi ucapannya, karena aku tau ujung-ujungnya apa yang dia bicarakan hanya ‘fiktif belaka’. “Masa? Kapan?” dengan lebih antusias ia mulai kembali dongengnya “Dulu, pas ade udah besar,” aku mengernyitkan kedua alisku mendengar kata-kata absurb itu. Karena melihat respon negatif dari ku, keponakanku berteriak padaku “Ateu... ade mah gak bohong, ateu harus percaya sama ade.” Melihat dia yang kesal aku malah semakin ingin mengerjai keponakanku, maka aku menjawab, “Emang ateu gak percaya. Kapan coba ade ilang? Terus kalo di hutan hidupnya kaya gimana hayoh?”

Dengan suara menahan kesal Gibran baerusaha meyakinkanku bagaimana ia hidup di hutan waktu ia ‘tersesat dulu’. “Ade mah makannya makan daun, enggak mandi juga, mandinya kalo ujan aja. Terus tidurnya di rumput. Kalo musim kemarau ade makan cacing sama laba-laba, soalnya daunnya pada kering jadi gak bisa dimakan,” mendengar penjelasan fiktif yang masuk akalnya sekaligus tidak masuk akalnya, akupun bertanya, “Kenapa enggak berburu aja buat makannya?” Gibran menjawab dengan cepat, “Eh tak boleh! gak boleh bunuh binatang, kasian nanti anaknya nyariin.”


 


 Setelah itu, keponakanku terus bercerita tentang bagaimana ia bisa tersesat di hutan dan kehidupannya saat itu. Ia berkata bahwa ia bisa tersesat di hutan karena ia kehilangan jejak kakinya yang di hapus oleh hantu-hantu di hutan. Ia juga mencoba terus meyakinkanku bahwa cerita yang ia ceritakan padaku itu benar. Aku yang memang senang mengerjainya, terus bersikeras bahwa aku tak percaya akan ceritanya. Pada akhirnya mungkin karena keleahan akhirnya ia malah tidur di lantai dengan sanga pulas. Dasar memang keponakanku ini, cita-citanya yang ingin menjadi seorang pilot sekaigus peternak ikan ini sepertinya harus dirubah. Jika kamu menjadi seorang PR atau sales sepertinya lebih cocok de, hahaha.

Posting Komentar