Tugas Pengalaman Komunikasi 9
Kamis, 12 Januari 2017 by Sri Yuniarti Gojali in Label: , , ,



Bahasa Sunda: Lebih Rumit Daripada Yang Aku Pikirkan


Berbahasa itu ternyata tidak semudah yang pernah aku pikirkan sebelumnya. Bahkan untuk bahasa Sunda yang notabene sehari-harinya aku gunakan. Bahasa Sunda itu lebih rumit dari pada kelihatannya. Apalagi bila kita sudah menggunakan undak usuk basa Sunda yang sebenarnya, menurutuku yang asli orang Sunda itu cukup rumit. 


Di dalam bahasa Sunda, setiap kita berbicara kepada seseorang yang sebaya dan orang yang lebih muda, kita harus menggunkana bahasa yang berbeda. Begitupun ketika kita berbicara kepada orang yang lebih tua, bahasa Sunda yang digunakanpun bebeda dengan yang digunakan kepada orang yang sebaya dan lebih muda daripada kita. Selain itu ada beberapa bahasa yang digunakan berbeda pula kepada perempuan dan laki-laki. Pokoknya menurutku bahasa Sunda yang baik dan benar itu sangat rumit, dan lumayan membuat kepala pusing.

Pernah suatu ketika saat aku masih SMP, aku pernah ditegur oleh guru bahasa Sundaku bu Susi karena salah menggunkan bahasa Sunda yang benar. Saat itu seperti biasa aku selalu mampir ke perpustakaan sekolah sebelum pulang ke rumah. Entah itu hanya untuk mengembalikan buku yang aku pinjam di hari sebelumnya, ataupun untuk kembali meminjam buku yang baru.

Hari itu aku bertemu dengan bu Susi yang memang sesekali membantu petugas perpustakaan untuk mengerjakan tugasnya. Setelah selama beberapa saat mengobrol dengan bu Susi, aku memutuskan untuk pulang ke rumah karena urusanku untuk mengembalikan buku juga telah selesai dan hari sudah semakin sore.

Akupun berpamitan kepada bu Susi dan petugas perpustakaan , tetapi belum sempat aku keluar dari perpustakaan sekolahku, bu Susi kembali memanggil namaku yang refleks aku jawab dengan kata “Kulan”. Bu Susi yang merupakan guru bahasa Sunda di sekolahku pun langsung berkata dengan setengah berteriak “Naon? salah eta teh,” aku yang tidak tau apa yang salah pun hanya bisa berdiri dengan wajah bingung. Bu Susi kemudian menghampiriku yang berdiri di depan pintu keluar perpustakaan. “Kan Sri teh urang Sunda atuh, maenya nu kitu ge masih salah?”, aku yang masih tak mengerti kesalahanku hanya bisa mengernyit bingung, setahuku tak ada yang salah dengan apa yang aku lakukan ataupun yang aku katakan.


Melihat raut wajahku yang terlihat kebingungan, beliau kemudian kembali berkata, “Iyeuh, lamun ka istri mah mun ngajawab teh kah atuh lain kulan,” aku yang baru mengerti apa kesalahanku pun hanya bisa menganggukan kepala sambil menahan rasa malu. Rasanya waktu itu aku benar-benar merasa malu. Aku yang orang Sunda dan sehari-hari sering menggunakan bahasa Sunda, tapi masih salah dalam menggunakan bahasa Sunda. Aku menyadari, ternyata masih sangat banyak seluk-beluk bahasa Sunda yang perlu aku pelajari lebih dalam lagi. Berbahasa Sunda yang baik dan benar itu memang tak semudah yang terlihat.

Posting Komentar