Tugas Pengalaman Komunikasi 8
Senin, 02 Januari 2017 by Sri Yuniarti Gojali in Label: , , ,



 Bersajak




Setelah pada saat kelas satu SMP aku mendapat amanah untuk mewakili sekolahku dalam kejuaraan story telling, ketika kelas dua SMP aku kembali mendapatkan kepercayaan untuk kembali mengikuti event PORSENI, tetapi kali ini aku dipercaya untuk mengikuti lomba membaca sajak Sunda. Aku terpilih mengikuti lomba ini setelah sebelumnya menjuarai lomba yang sama pada tingkat sekolahku. Tentu saja kesempatan ini aku ambil dengan senang hati, tidak seperti saat lomba story telling dulu, di mana aku baru menerima tawaran untuk mengikuti lomba setelah mendapat bujukan dari berbagai pihak, saat mengikuti lomba ini aku lebih percaya diri, karena setidaknya aku memiliki dasar-dasar dalam bersajak Sunda, walaupun memang itupun harus diperbaiki.

Sebenarnya lomba sajak Sunda yang diadakan ini mempunyai dua kategori, yaitu untuk putra dan untuk putri. Tetapi karena tidak ada murid laki-laki yang bersedia untuk mengikuti lomba sajak Sunda kategori putra, akhirnya sekolahku hanya mengirimkan utusannya untuk kategori sajak Sunda putri saja. Hal ini sedikit banyak memberikan beban lebih kepadaku, karena aku menjadi satu-satunya utusan sekolahku dalam ajang lomba membaca sajak Sunda ini.

Selain membaca sajak Sunda, ada beberapa kejuaraan lain yang diadakan dalam kategori sastra Sunda ini. Lomba-lomba tersebut yaitu: lomba pupuh Sunda putra putri, lomba membaca berita dengan bahasa Sunda putra putri, lomba membuat cerita Sunda putra putri, dan lomba mendongeng menggunakan bahas Sunda putra putri. Dalam setiap perlombaan sekolahku mengirimkan perwakilan putra dan putri terbaik yang dimiliki sekolahku, tentu saja dengan pengecualian lomba membaca sajak yang hanya aku yang mengikutinya.

Selama mungkin hampir satu bulan penuh kami semua mengikuti pelatihan dan pemantapan yang diberikan dua guru bahasa Sunda kami, yaitu bu Susi dan bu Yuyun. Aku belajar bagaimana intonasi suara, cara membaca, dan gestur tubuh serta mimik wajah yang sesuai dengan sajak yang aku bacakan. Sebelumnya gaya bersajakku memang menitik beratkan kepada gerakan tubuh, bahkan mungkin seandainya aku harus berguling aku akan berguling haha. Tetapi setelah berlatih dengan guruku, gerakan-gerakan tubuh yang bisa disebut ‘lebay’ itu banyak aku kurangi. Dalam bersajak kini aku lebih mementingkan intonasi suara dan mimik wajah, untuk menyampaikan makna dari sajak yang dibacakan.

Ketika hari H lomba dilaksanakn, kami semua berangkat ke SMP Negeri 1 Cimalaka tempat perlombaan-perlombaan dilaksanakan. Saat tiba saat aku membacakan sajakku aku sedikit merasa gugup karena peserta-peserta sebelumnya tampil sangat bagus, bahkan ada yang sampai mengeluarkan air mata. Tapi untunglah aku dapat menguasai rasa gugupku tersebut dan tampil dengan tenang dan sesuai dengan apa yang telah aku latih dan pelajari sebelumnya.




Saat tiba pengumuman pemenang diumumkan yang dilaksanakan sekitar pukul 18.00, aku harus kembali menelan kekecewaan karena aku tak mendapatkan juara dalam lomba kali ini, dan kali ini peserta tuan rumahlah yang menyabet juara pertama dalam kejuaraan sajak Sunda ini. Guruku bu Susi sempat bertanya padaku setelah pengumuman pemenang, bagaimana penampilan si juara pertama. Aku menjawab bahwa dia bersajak dengan menggunakan gaya sepertiku dulu yang mementingkan gerakan tubuh. Bu Susi hanya mengangguk dan berkata “Enya wios da tiap juri ge beda-beda selerana, beda-beda penilaianna.” Yah benar apa kata guruku tersebut setiap orang memiliki penilaian dan selera yang berbeda, jadi aku tak perlu terlalu kecewa. Yang terpenting adalah aku telah mencoba dan berusaha semaksimal mungkin.
.

Posting Komentar